Ilustrasi Hubungan yang Rumit Berbelit Tidak Sehat
Menjalin Hubungan

4 Tanda Kamu Membangun Hubungan yang Tidak Sehat

Kita semua ingin baik-baik saja dan selalu bahagia dengan pasangan layaknya film atau drama. Sayangnya, di kehidupan nyata, tidak pernah ada hal seperti itu.

Konflik itu nyata, dan kita bisa saja memilih untuk bersama dengan orang yang salah–kita bahkan mungkin tidak sadar bahwa kitalah yang salah. 

Menjalin hubungan yang sempurna memang tidak mungkin, tetapi kamu selalu bisa menjaganya agar tetap baik dan menyenangkan. 

Setidaknya, kamu perlu tahu apa saja yang menandakan bahwa kamu dan pasanganmu sedang berada di hubungan yang tidak sehat.

1. Tidak Saling Menghormati

Hubungan yang sehat berawal dari dua individu yang sehat. Artinya, kamu dan pasanganmu memiliki kesadaran untuk menjadi diri sendiri dan bisa memberi ruang satu sama lain. Ketika kamu atau pasanganmu tidak memiliki keduanya, maka tidak ada rasa hormat yang tumbuh. 

Sebelum menjadi sepasang manusia yang saling mencintai, kita semua adalah manusia yang hidup dan berdiri sendiri. Kita memiliki cara masing-masing untuk mengatur ego, mengungkapkan perasaan, dan menerima kesalahan. Ketika kamu atau pasanganmu meremehkan cara masing-masing, maka kalian akan berusaha untuk mendominasi satu sama lain. 

Kamu lebih memilih untuk menyelesaikan konflik ketika sudah merasa tenang, tetapi itu justru membuat pasanganmu geregetan. Sebaliknya, dia selalu ingin membicarakan semuanya dengan blak-blakan di saat itu juga, sedangkan kamu terlalu lelah untuk menghadapi cara seperti itu.

Tidak ada lagi ‘sesekali’ dalam kamus di antara kalian berdua. “Sudah cukup,” pikir kalian. Kalian tidak mau bertemu di titik tengah dan memaksakan keinginan satu sama lain.

Di sisi lain, jika kamu atau pasanganmu berpikir selalu mengalah adalah cara yang tepat untuk mengakhirinya, maka kalian akan kehilangan rasa hormat pada diri sendiri. Tidak ada yang lebih buruk dari menjalani hubungan dengan terus ‘memakai topeng’. 

Ketika rasa untuk menghormati cara hidup satu sama lain sudah tidak lagi ada, maka hari-hari dalam menjalani hubungan akan terasa memberatkan. 

2. Terlalu Banyak White Lies

Ada situasi-situasi tertentu di mana kita perlu mulut yang manis demi menghindari konflik yang tidak perlu. Tetapi, terus-menerus menghindar dengan menghujani pasangan dengan ‘kebohongan putih’ atau white lies malah akan membuat segalanya menjadi keruh.

Dalam berkomunikasi, ada tipe orang ‘painter’ dan ‘pointer’. Salah satu di antara kalian mungkin lebih suka berkata gamblang dan apa adanya. Yang lainnya mungkin lebih nyaman untuk berpendapat secara berhati-hati–atau bahkan tidak sama sekali. 

Kebohongan putih dirasa lebih aman ketika kamu selalu tidak nyaman dengan reaksinya atau caranya menindaklanjuti pendapatmu. Kalian tidak saling menghormati–kembali ke poin awal.

Alih-alih beropini atau jujur, kamu lebih memilih untuk tidak memperpanjang pembicaraan dengan mengatakan ‘kebohongan putih’. Ini sesimpel ketika kamu berkata “tidak apa-apa, tidak ada masalah,” padahal kamu kesal karena tingkah laku atau pilihannya.

Ketika berbohong demi mencari aman, sebelum menemukan keberanian untuk mengakhirinya, maka kamu mungkin akan terus menambalnya dengan kebohongan lain. 

Hubungan yang dibangun di atas kebohongan-kebohongan layaknya berusaha membangun rumah dengan fondasi kawat yang ditutupi dengan beton–tampak kuat, tetapi suatu saat akan runtuh karena guncangan kecil. 

Jika kamu merasa tidak lagi nyaman dalam mengungkapkan pendapat dan selalu memilih untuk menguburnya dalam-dalam, tidak ada lagi kepercayaan yang bisa dipegang di dalam hubunganmu. Suatu saat bahkan kamu mungkin akan meragukan dirimu sendiri. 

3. Ada Menang dan Kalah

Tidak sedikit orang yang berubah menjadi mode bertarung ketika sedang bermasalah dengan pasangan. Padahal, berada di dalam suatu hubungan tidak sama dengan berkompetisi. 

Tidak ada menang dan kalah di dalamnya, terutama ketika terjadi konflik. Kita di sini sedang bicara tentang hubungan antarmanusia yang didasari rasa hormat dan kejujuran, bukan pertandingan siapa yang paling sabar atau benar. 

Hubungan yang sehat tidak perlu saling membalas kesalahan yang dilakukan pasangan dengan hal yang sama demi “membuatnya jera”. Tidak perlu juga menghitung kebaikan yang sudah dilakukan dan merasa sudah “melakukan yang terbaik” karenanya. 

Begitu kamu berpikir salah satu di antara kalian menang atau kalah dalam adu argumen, itu artinya kamu sudah terlalu jauh dari pokok permasalahan. 

Konflik dalam hubungan seharusnya diselesaikan untuk memperkaya pemahaman satu sama lain, bukan untuk saling menunjukkan siapa yang paling benar. Hubungan dibangun atas saling pengertian, bukan pertandingan sepak bola yang tidak boleh diakhiri dengan skor seri dan harus penalti!

4. Berharap Dia Berubah

Tidak ada hubungan yang sempurna, yang ada hanyalah hubungan yang ideal menurut pemahaman masing-masing. Ideal yang dimaksud di sini bukan berarti harus mencapai suatu titik tertentu agar sesuai ekspektasi.

Begitu juga ketika berhadapan dengan pasangan. Sangat kecil kemungkinan kamu mendapatkan orang yang 100% memenuhi apa yang kamu idamkan. Menerima kekurangan orang lain akan selalu terasa berat, tetapi yakinlah, lebih sulit mengharapkan pasanganmu mendapatkan petunjuk dari langit dan memutuskan untuk berubah demi dirimu.

Tidak salah jika kamu selalu mengharapkan yang terbaik untuknya. Namun, menggantungkan harapanmu padanya agar dia berubah jadi lebih baik memang terlalu klise dan melelahkan. Tidak hanya melelahkan untukmu, tetapi juga untuk pasanganmu.

Meski kamu benar-benar ingin dia jadi lebih baik, tetapi itu adalah versimu. Sebenarnya dialah yang tahu apa yang terbaik untuknya sendiri. Dia punya kuasa penuh, dan kamu tidak punya sama sekali.

Berharap pada hal yang tidak bisa kamu ubah adalah kesia-siaan, terlebih jika kamu menjadikannya sebagai tujuan dari hubunganmu dengannya. Fokus pada harapan ini hanya akan membuatmu semakin tidak menghormati pasanganmu sebagai seorang individu.

Pada akhirnya, menjalin hubungan adalah tentang membangun kesadaran untuk menyeimbangkan kebutuhan emosi dan logika. 

Setiap gesekan adalah tanda bahwa ada hal yang perlu disesuaikan atau diperbaiki. Ketika kamu atau pasanganmu tidak lagi memiliki keinginan untuk memperbaikinya, maka sudah saatnya untuk mundur. 

Jangan menguras energimu hanya untuk mencari cara memperbaikinya sendirian!

Related Article
Ilustrasi Wanita Cemburu Pacarnya Texting dengan Wanita Lain

Atasi Rasa Cemburu Berlebih: 4 Langkah

Ilustrasi Wanita Siap & Serius Menjalin Hubungan

Ini 6 Tanda Wanita Serius Menjalin Hubungan

Ilustrasi Harus Bisa Bahagia dengan Diri Sendiri

Bagaimana Berbahagia dengan Diri Sendiri

Review Your Cart
0
Add Coupon Code
Subtotal