Mendengarkan adalah hal paling sederhana namun romantis yang bisa kamu lakukan untuk pasangan.
Tetapi, bukan sekadar masuk telinga kanan keluar telinga kiri–pasangan yang baik harus bisa mendengarkan secara aktif. Artinya, kamu bukan hanya melihat pasanganmu dan mengangguk atau menggeleng, melainkan sadar sepenuhnya dan melibatkan diri dalam waktu tersebut.
Meski sepertinya mudah, tetapi kegiatan ini sebenarnya seringkali diremehkan. Padahal, menjadi pendengar yang aktif tidak hanya bentuk penghargaan terhadap pasanganmu sebagai lawan bicara, tetapi juga memvalidasi emosinya dengan cara yang paling halus.
Apa Itu Mendengarkan Secara Aktif?
Pernahkah pasanganmu bilang bahwa ia ingin menceritakan sesuatu, dan kamu tahu itu akan menjadi sesi yang memakan waktu lama? Itulah saat di mana kamu harus siap menjadi pendengar yang aktif.
Mendengarkan secara aktif tidak hanya memberitahu pasanganmu bahwa kamu menyediakan telinga, tetapi juga waktu dan perhatianmu sepenuhnya serta meresponnya dengan baik. Saat kamu siap mendengarkan pasangan, artinya kamu secara sadar akan memberi ruang bagi pasangan untuk menuangkan seluruh keluh-kesahnya tanpa perlu dipotong dengan asumsi apapun.
Kamu juga perlu menyingkirkan semua distraksi yang bisa mengganggu perhatianmu atau memikirkan hal-hal lain selama mendengarkan ceritanya.
Mendengarkan secara aktif bisa membantu:
- Mengurangi risiko miskomunikasi.
- Memahami emosi dan opini pasangan secara terbuka.
- Membangun kepercayaan.
Mendengarkan secara aktif tidak sama dengan menyetujui suatu opini. Kamu tidak wajib untuk memberikan penilaian apapun terhadap apa yang disampaikan oleh pasanganmu–kecuali dia memintanya.
Cara Menjadi Pendengar yang Aktif untuk Pasangan
Pastikan kamu sudah melakukan hal-hal di bawah ini jika ingin menjadi pendengar yang baik:
1. Beritahu Jika Kamu Tidak Siap Mendengarkan
Saat pasanganmu meminta waktu untuk didengarkan, kamu harus benar-benar yakin bahwa kamu memang siap untuk menyediakannya.
Ada kalanya pasanganmu sedang sangat emosi dan butuh didengar saat itu juga. Di situasi seperti ini–kecuali kamu punya urusan yang sangat darurat seperti pekerjaan–kamu bisa meminta waktu sebentar untuk mempersiapkan diri.
Selesaikan atau tunda urusanmu jika memungkinkan, dan tanyakan apakah dia perlu tempat yang lebih tenang.
Tetapi, kamu juga manusia yang juga memiliki perasaan. Jika kamu tidak yakin memiliki tenaga (fisik maupun mental) untuk menjadi pendengar saat itu, tidak ada salahnya untuk memberi pengertian pada pasanganmu.
Memaksakan diri untuk mendengarkan saat kamu lelah hanya akan membuat pasangan kecewa. Beri pengertian tentang keadaanmu, lalu siapkan waktu lain untuk benar-benar mendengarnya.
2. Menyingkirkan Semua Distraksi
Ketika kamu sudah siap mendengarkan, jangan membawa benda apapun yang mungkin akan mengusik perhatianmu. Smartphone, laptop, televisi, atau jenis gawai lainnya seringkali jadi pengalih perhatian.
Simpan semuanya jauh-jauh atau matikan bila perlu. Hal ini bisa membantu mempertahankan suasana intim di dalam pembicaraan.
3. Jangan Diam, tapi Jangan Menginterupsi
Pusatkan perhatianmu sepenuhnya pada apa yang disampaikan oleh pasanganmu. Sebagian orang mungkin bisa fokus mendengarkan dengan menatap mata lawan bicara, tetapi ada juga yang lebih nyaman dengan melihat ke objek tertentu selain mata.
Namun, sesekali perhatikan mimik wajah dan bahasa tubuh pasanganmu selama dia berbicara. Apakah dia selalu menunduk atau dahinya berkerut? Bagaimana jari-jari tangannya bergerak? Itu akan membantumu memahami emosi apa yang ingin ia keluarkan.
Jika kamu benar-benar berusaha memahami ceritanya, kamu tidak akan diam saja. Secara alami, manusia umumnya merespon dengan anggukan atau gerakan-gerakan kecil lainnya seperti bergumam.
Tetapi, kamu harus ingat bahwa selama pasanganmu masih berbicara, kamu tidak boleh memotongnya dengan pertanyaan sekalipun. Biarkan dia bercerita dengan alurnya sendiri agar seluruh emosinya bisa tersampaikan dengan baik, dan kamu bisa bertanya setelah selesai.
4. Pastikan Apa yang Kamu Dengar
Baca situasi baik-baik. Jika kamu yakin pasanganmu sudah selesai bicara, kamu bisa menanyakan bagian-bagian tertentu dari ceritanya yang mungkin belum kamu mengerti.
Mengonfirmasi ceritanya bisa membantumu mendapatkan pandangan yang utuh. Hal ini juga menunjukkan bahwa kamu benar-benar menyimak kisahnya dengan baik.
Selain itu, kamu juga boleh menanyakan apa yang dia rasakan untuk membantunya menggali emosi lebih dalam. Saat berbicara untuk mengungkapkan perasaan, seringkali seseorang melupakan hal-hal logis. Dengan mengonfirmasi perasaannya kembali, pasanganmu akan melihat kembali apa yang mungkin luput dia sampaikan.
Ingat: selama pasanganmu belum meminta pendapat, maka tujukan perhatianmu pada seluruh ceritanya. Anggap kalian sedang sama-sama mencari jawaban atau berusaha memahami cerita tersebut dengan lebih dalam.
5. Bicara Hanya Jika Diminta
Tidak semua pembicaraan membutuhkan penyelesaian. Pasanganmu mungkin hanya ingin melampiaskan isi hatinya, jadi jangan heran jika dia tidak meminta pendapatmu sedikitpun.
Sampaikan pendapat, saran, atau pandanganmu hanya ketika pasanganmu memintanya. Melontarkan opini secara tiba-tiba, apalagi memotongnya, hanya akan mengusik emosinya dan membuatnya merasa dinilai. Hal ini lebih sering berujung membuatnya berpikir negatif, baik tentang dirimu maupun dirinya sendiri.
Kamu juga tidak perlu selalu membuatnya senang. Kadang, didengarkan saja sudah menjadi obat yang ampuh di saat kalut. Mengetahui ada orang yang mau memvalidasi perasaannya bisa jadi lebih baik daripada mendapatkan nasihat.