Ilustrasi Harus Bisa Bahagia dengan Diri Sendiri
Benerin Diri

Bagaimana Berbahagia dengan Diri Sendiri

Langkah pertama sebelum mencari bahagia dari orang lain

Saat memutuskan untuk mencari pasangan hidup, kamu mungkin memikirkan bagaimana cara mendapatkan pasangan yang baik dan bisa membahagiakan dirimu.

Tetapi, pernahkah mau berpikir bagaimana menjadi pasangan yang baik dan bisa membahagiakan orang lain? Sebelum itu, apakah kita sudah pernah merasa bahagia di saat sendiri?

Perjalanan mencari pasangan hidup bukan dimulai dari menentukan arah dan tujuan, tetapi bagaimana kamu bisa berdiri tegak terlebih dahulu untuk mulai berjalan ke manapun yang kamu mau. 

Temukan bagaimana kamu bisa bahagia dengan dirimu sendiri sebelum memulai pencarianmu. 

Kenapa Harus Mulai dari Diri Sendiri?

If you’re lonely when you’re alone, you are in bad company. 

Pernahkah kamu mendengar perkataan di atas? Itu adalah salah satu ucapan populer dari Jean Paul Sartre, seorang filsuf dan penulis asal Prancis. 

Salah satu hal yang disampaikan melalui kalimat di atas oleh Sartre adalah bahwa kita harus bisa menjadi teman terbaik bagi diri kita sendiri.

Manusia sebagai makhluk egois secara alami akan selalu memikirkan berbagai cara agar dirinya bisa menjalani hidup dengan nyaman dan tenang. 

Kamu tentu ingin bisa selalu makan dan minum enak, melihat pemandangan indah yang menyejukkan mata, atau melakukan kegiatan yang membuatmu merasa senang. Begitu juga ketika marah, sedih, atau kesal. Kamu mungkin ingin melampiaskannya dengan pukulan, teriakan, air mata–semua hanya untuk membuatmu kembali nyaman. 

Tetapi, kamu tidak paham bagaimana rasanya membuat dirimu nyaman. Kamu tidak tahu apa yang membuatmu senang, apa yang harus kamu lakukan saat sedih, apa yang kamu inginkan?

Lebih jauh lagi–apa yang kamu impikan, apa yang kamu butuhkan, apa yang kamu bisa lakukan untuk dirimu sendiri?

Kamu mungkin mengira adanya pasangan akan membantumu melengkapi pertanyaan-pertanyaan di atas yang belum bisa dijawab. Tetapi, kamu adalah pembuat pertanyaannya, dan sudah sewajarnya jika kamulah yang memiliki kunci jawabannya.

Saat kamu tidak nyaman dengan dirimu dan pikiran-pikiranmu sendiri, belum waktunya berpikir bagaimana cara mendapatkan pasangan yang bisa membahagiakanmu–membuatmu nyaman.

1. Kamu Tidak Mengejar Status atau Penilaian

Tidak hanya selebriti di televisi–paparan media sosial yang masif saat ini membuat kita sebegitu mudahnya untuk melihat pencapaian dan kegagalan orang lain yang tidak dikenal.  

Cerita-cerita mereka begitu mengalir dan menggugah. Penghargaan-penghargaan yang muncul kemudian terkadang masuk ke otakmu begitu cepat dan menumbuhkan ide: “Aku juga perlu itu!”

Semudah itu kamu bisa merasa apa yang orang lain miliki atau capai juga perlu kamu dapatkan. Dan, seringkali, kamu tidak lagi menyisakan ruang untuk berpikir ‘kenapa’ kamu perlu itu, atau penilaian-penilaian itu.

Di dalam hidup, titik 0 semua manusia adalah sama: kelahiran. Setelah itu, titik itu akan berubah menjadi 5, 10, 100, atau bahkan minus 20, tergantung di keluarga mana mereka dibesarkan. 

Jika kamu saat ini berada di usia yang sama dengan mereka, bukan berarti kamu ada di titik kehidupan yang sama. Itulah mungkin kenapa dia sudah menduduki posisi penting di perusahaannya, atau menerbitkan buku best-seller, atau baru akan mulai kuliah, atau baru saja menikah, atau putus dari mantan pacar yang ke-8.

Garis start kita semua tidak ada yang sama. Sehingga, standar kita pun akan berbeda-beda. Kebutuhanmu pun berada di titik yang berbeda dengan orang lain.

Mencapai atau memiliki hal yang sama dengan orang lain bukan berarti kamu memiliki nilai yang sama di mata orang lain. Hal itu jadi bernilai karena orang itu yang memilikinya

Jika keinginanmu untuk menikah semakin besar setelah melihat betapa orang lain ikut bahagia dan memuji foto pernikahan seseorang, percayalah kebahagiaan itu bukan benar-benar karena pernikahannya. Mungkin ada perjalanan di baliknya, dan mereka bahagia karena perjalanan itu sudah terlewati hingga akhirnya terjadilah pernikahan. 

Mungkin dia sudah pernah disakiti orang lain, atau ditinggalkan kekasih lamanya dengan cara yang kejam? Kamu tidak akan pernah merasakannya. 

Apa yang kamu rasakan saat inil adalah penentu dari apa yang kamu butuhkan sebenarnya. Coba resapi dalam-dalam–seberapa jauh kamu sudah melangkah hingga bisa merasakan apa yang kamu capai saat ini? 

Jika kamu benar-benar kembali mengingat dan merasakan setiap langkahnya, maka milik orang lain dan penilaian-penilaian itu sudah tidak lagi penting. 

Kebahagiaanmu tidak perlu mengikuti tren apapun. Kamu adalah kritikus utama dirimu sendiri, dan kamu tidak perlu mengejar tujuan tertentu agar mendapatkan penilaian tertentu. 

Percaya diri dengan nilai yang kamu punya ke manapun kamu pergi, maka orang yang mau menghargainya akan datang dengan sendirinya, untuk memberimu apresiasi yang pantas.

2. Dengarkan Tubuh dan Pikiranmu

Sebelumnya, kamu perlu memahami bahwa menjaga kesehatan untuk kebaikan sendiri tidak sama dengan diet dan olahraga demi mendapatkan ilusi otot yang dipuji orang-orang.

Tubuh adalah ‘kendaraan’-mu untuk menjalani hidup. Meski jiwamu dalam kondisi baik dengan terus membawa nilai-nilai positif, tidak ada gunanya jika ‘kendaraan’ yang kamu tumpangi reyot dan bobrok. 

Begitu juga sebaliknya–tubuh yang seksi dan langsing tidak berarti apa-apa jika jiwanya tidak tenang dan penuh dengan pikiran-pikiran yang membuat stress.

Kapan terakhir kali kamu:

  • Tidur 6-7 jam semalam (sebelum tengah malam)?
  • Berkeringat karena olahraga?
  • Minum air putih lebih banyak dari minuman manis?
  • Menikmati sayur dan buah seperti sedang makan burger?
  • Beraktivitas di luar ruangan tanpa melihat gawai?

Dengan lebih memperhatikan gaya hidup dan kesehatan, kamu punya kekuatan lebih besar untuk menjalani hari-hari dengan lebih nyaman. Secara tidak langsung, kamu memberikan kesempatan untuk dirimu sendiri mendapatkan hal-hal lebih baik.

Tidak hanya kesehatan fisik, kamu juga harus membebaskan pikiran dari hal-hal yang mengganggu. Stres karena pekerjaan, masalah keuangan, atau kehidupan sosial yang tidak bermakna bisa menghalangimu untuk merasa nyaman dengan dirimu sendiri.

3. Kamu Punya Tujuan dan Selalu Berproses

Dengan ‘kendaraan’ yang baik itu, ada banyak kesempatan untuk mencapai tujuan yang kamu inginkan demi kenyamanan menjalani hidup.

Sepanjang perjalanan, kenyamananmu akan terus terusik oleh berbagai hal yang tidak terduga, dan standarmu akan terus berubah. Tujuanmu akan terus bergeser atau bertambah, tetapi kamu tidak perlu mengkhawatirkan kapan kamu bisa mencapainya.

Proses perjalanan itulah yang perlu kamu rawat dengan baik, karena di sepanjang jalan itu kamu akan mengalami berbagai perubahan. 

Bukan garis finis yang menjadikan seorang atlet lari disebut ‘pelari’. Seorang pebisnis dikatakan sukses karena bisa terus mempertahankan bisnisnya, bukan karena berhasil membuka perusahaan yang besar. 

Rasa nyaman tidak akan muncul tanpa kamu merasakan apa itu ketidaknyamanan. Nilai yang ada pada dirimu menjadi berharga karena kamu membangunnya selama berproses untuk mencapai tujuan. 

4. Tidak Ada Kebetulan, Semua Ada Artinya

Kamu mungkin pernah mengalami sesuatu yang terjadi di luar rencana atau keinginan dan merasa kecewa karenanya. Hal ini sangat wajar, karena ini jadi bukti bahwa setidaknya kamu punya proyeksi yang jelas untuk dirimu sendiri.

Tetapi, ketidaknyamanan menjalani hidup bisa berakar dari kekecewaan sederhana yang bertumpuk dan menjadi semakin besar. Semakin kamu menolak untuk menerima kenyataan, maka semakin sulit kamu menjalani hidup dengan nyaman. 

Seperti batu kerikil, kekecewaan yang terkumpul harus dibawa di saku, kemudian di tas, lalu di karung, hingga akhirnya kamu menyeretnya di sepanjang jalan menggunakan gerobak. 

Bayangkan jika kamu sudah melepaskan kerikil-kerikil itu sejak awal, bukankah sakumu akan jadi lebih ringan?

Meski terjadi di luar rencana, tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini. Setiap ‘kebetulan’ memiliki nama; entah itu bagian dari rencana orang lain, fenomena alam, atau hal di luar pengetahuan kita. 

Semua itu terjadi karena memiliki tujuannya masing-masing dan bersilangan dengan perjalananmu. Kamu bisa mengambil pelajaran darinya dan kembali berjalan lagi. 

Akan tetapi, lain halnya jika kamu terus membawa kerikil-kerikil kekecewaan yang akan membuatmu berjalan semakin lambat.

Ini bukan tentang selalu berpikiran positif, melainkan menjaga kewarasan pikiran. Kamu tidak bisa berharap orang lain mau membantumu membawa semua kerikilmu bersamanya. 

Menguasai diri dan membuat keputusan secara sadar itu perlu. Tentukan kapan kamu perlu membuang kerikil-kerikilmu agar bisa kembali menjalani hidup dengan tegar dan tanpa dendam. Kamu siap menerima tantangan, memunguti kerikil, dan tahu kapan waktu yang tepat untuk membuangnya.

Mulai dari Diri Sendiri

Semua orang tentu ingin mendapatkan pasangan terbaik dan menjalani hubungan yang sehat. Tetapi, semua itu tidak akan terwujud jika kamu tidak punya kesadaran untuk menjadi sehat terlebih dahulu.

Saat fisik dan jiwamu sehat, kamu akan bisa menemukan bahagiamu sendiri tanpa harus mencarinya dari orang lain. Ketika waktu yang tepat itu tiba, kamu bisa berbagi bahagia tanpa merasa kekurangan, serta menjadi pasangan yang baik dalam suatu hubungan yang menyenangkan untuk dijalani.

Mulai dari dirimu, hari ini juga.

Related Article
Ilustrasi Long Distance Relationship Saling Tarik Menarik

Bagaimana Cara Mempertahankan Long Distance Relationship (LDR)?

Before Sunset Before Sunrise Music Album Cover

Trilogi Film “Before”: Tidak Ada Hubungan yang Sempurna 

Ilustrasi Sepasang Kekasih yang Tidak Saling Mengenal

Cara Mengetahui Kecocokan Sifat Kamu dan Pasangan

Review Your Cart
0
Add Coupon Code
Subtotal