Film romantis seringkali menampilkan kisah hubungan penuh emosi yang tidak sesuai realita. Tetapi, trilogi film Before mungkin bisa mematahkan persepsi ini.
Trilogi ini terdiri dari tiga film yaitu Before Sunrise, Before Sunset, dan Before Midnight. Ketiganya mengambil pendekatan film romantis yang agak berbeda dari konsep umum, di mana biasanya penuh dengan sepasang sejoli yang dipertemukan dengan cara paling imajinatif, menjalani hubungan yang diusik banyak pihak, atau berakhir dengan berbunga-bunga.
Konsisten diperankan oleh Ethan Hawke dan Julie Delpy, trilogi ini menceritakan awal mula dan perjalanan hubungan Jesse (Hawke) dan Celine (Delpy). Uniknya, keseluruhan plot cerita dibangun oleh kekuatan dialog yang terasa sangat natural. Bagi kamu yang menyukai adegan dramatis atau menggunggah, trilogi ini mungkin akan membuatmu mengantuk.
Bentuk film yang tidak biasa ini ternyata cukup ampuh dalam menyampaikan pesan moral seputar cinta yang klise dengan cara yang paling dekat dengan kehidupan nyata.
Before Sunrise: Keintiman dalam Dialog
Film pertama menceritakan awal pertemuan Jesse, pemuda asal Amerika, dan Celine yang berasal dari Perancis, yang terjadi di sebuah perjalanan kereta di Eropa. Keduanya berkenalan karena inisiasi Jesse dalam memulai percakapan. Setelah mengobrol panjang di kereta, Jesse mengajak Celine untuk menemaninya berkeliling di Vienna sambil menunggu penerbangan pulang ke Amerika.
Sepanjang film, penonton diajak untuk menyelami kedua karakter ini melalui dialog panjang dan berlapis yang berjalan di antara keduanya. Obrolan mereka terasa ‘hidup’ dan tidak artifisial karena begitu beragamnya topik yang diangkat, mulai dari keluarga, pandangan hidup, hingga hal-hal kecil di sekitar aktivitas jalan-jalan mereka di seputar Vienna.
PDKT yang Sederhana
Film ini menunjukkan bagaimana kegiatan sederhana seperti obrolan bisa membangun suasana intim dalam hubungan. Hubungan romantis tidak melulu tentang gestur atau kontak fisik. Nyatanya, cara terbaik untuk mengenal pasangan lebih dalam adalah menyelami caranya menjawab, bertanya, dan menjelaskan sesuatu.
Meski pertemuan dan perpisahan kedua tokoh film ini terjadi dengan cara yang agak kurang konvensional, tetapi cara mereka mengeksplorasi ketertarikan satu sama lain menunjukkan bagaimana hubungan yang sehat dimulai.
Before Sunset: Menyembuhkan Sakit Hati
Di film kedua, Jesse dan Celine kembali berjumpa setelah 9 tahun berpisah tanpa kabar. Mereka bertemu di Vienna bertepatan dengan pekerjaan Jesse di Eropa sebagai penulis salah satu novel terlaris.
Uniknya, film ini hanya menunjukkan pertemuan mereka yang terjadi dalam kurun waktu kurang dari satu jam. Keduanya lagi-lagi menghabiskan waktu untuk mengobrol, kali ini saling menjelaskan kondisi dan situasi satu sama lain setelah 9 tahun berlalu. Dalam waktu yang singkat ini, keduanya berusaha meluruskan kesalahpahaman dan saling terbuka tentang rasa sakit hati yang dirasakan.
Saat berpisah, Jesse dan Celine hanya mengandalkan ucapan janji untuk bertemu kembali 6 bulan lagi dan sengaja tidak bertukar kontak. Akhirnya, karena satu dan lain hal, mereka gagal untukk berjumpa kembali dan berpisah untuk waktu yang lama dalam ketidakjelasan hubungan. Meski keduanya berusaha untuk menjalani hidup masing-masing, tetapi mereka sama-sama memegang kecewa dan penyesalan.
Jujur dan Terbuka
Film kedua ini menunjukkan bagaimana perasaan kecewa, sedih, dan marah adalah sesuatu yang wajar terjadi ketika kita merasa sakit hati pada pasangan. Sakit hati akan membuat kita rapuh, sekuat apapun kita berdiri.
Interaksi Jesse dan Celine menunjukkan bahwa kerapuhan itu tidak menunjukkan kelemahan, melainkan bukti bahwa mereka memiliki perasaan yang nyata. Kita hanya perlu menerima kerapuhan itu sebagai bagian dari diri kita. Salah satu caranya adalah menumpahkan perasaan secara jujur, terlepas apapun hasil yang akan kita dapatkan.
Before Midnight: Mustahil Menghindari Konflik
Bagian terakhir dari trilogi ini mengisahkan salah satu titik dalam kehidupan pernikahan Jesse dan Celine. Dinamika hubungan mereka melibatkan berbagai hal, seperti karier Celine yang berada di titik kritis dan keinginan Jesse untuk pindah dari Perancis ke Amerika demi mengasuh putra dari pernikahan pertamanya yang gagal, Hank.
Film ini menjadi gambaran bagaimana naik-turun perjalanan cinta yang nyata, di mana kedua pihak masih kesulitan untuk mengatur ego masing-masing. Dialog yang terjadi sepanjang film didominasi oleh argumen dan pertengkaran yang terasa nyata.
Jesse tidak bisa mengendalikan sisi pasif-agresifnya dan seringkali terlalu asyik dengan hidupnya sendiri sebagai penulis novel. Sementara itu, Celine tidak bisa mengomunikasikan perasaannya dengan baik dan justru membuat Jesse selalu tersudut. Tidak ada saling lempar argumen yang dramatis–yang ada hanya dua manusia yang berusaha untuk saling mengungkapkan dan memaksakan perasaannya satu sama lain.
Menurunkan Ego
Salah satu ucapan Jesse yang paling menggambarkan resolusi film ini adalah, “Jika kamu ingin cinta sesungguhnya, inilah dia. Ini hidup yang sebenarnya. Ini tidak sempurna. Tetapi ini nyata.”
Dalam hubungan, seringkali ada pihak yang mendambakan kesempurnaan dan tidak ingin pertengkaran. Sayangnya, hubungan yang sempurna itu tidak pernah ada.
Jesse dan Celine menyadarkan kita bahwa hubungan yang nyata adalah yang terus tumbuh, bagaimanapun sulitnya. Perjalanan tersebut akan terus bergulir selama kamu dan pasanganmu terus memberikan usaha dalam mempertahankannya.
Usaha ini tidak harus berupa hal-hal yang besar, seperti memberi pesta ulang tahun kejutan setiap tahun. Pengertian dan pemahaman dalam menghadapi konflik adalah salah satu yang bisa dilakukan. Memaksakan ego hanya akan memberi minyak pada api.
Trilogi Before adalah perjalanan cinta fiksi yang paling nyata. Dari film ini, kamu bisa melihat bahwa hubungan cinta tidak terbangun dari usaha untuk terus bahagia atau menggambarkan hal-hal indah saja. Kamu juga memerlukan berbagai usaha untuk menunjukkan kerapuhan, kemarahan, kesedihan, dan kelembutan pada waktu yang tepat.